MABMonline.org, Sambas—Para peserta Festival Seni Budaya Melayu (FSBM) ke-IX dari setiap perwakilan Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) kabupaten/kota mengaku sangat puas dengan pelayanan panitia dan sambutan masyarakat Sambas. Hal ini mengemuka saat kru MABMonline berbincang pada penutupan acara, Sabtu malam (31/08).
“Alhamdulillah kami dari MABM Kab. Mempawah sangat puas dengan keramah-tamahan dan pelayanan orang Sambas,” ungkap Bambang, satu di antara peserta dari perwakilan MABM Kab. Mempawah.
Menurut Bambang, setiap acara pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Mereka sangat memaklumi jika ada kekurangan selama kurang lebih seminggu berada di Sambas. “Cuman lokasi sumber air letaknya jauh dari stan,” curhat Bambang.
Ibu Hamizar, perwakilan dari MABM Kab. Ketapang mengungkapkan hal senada. Sebagai perwakilan dari peserta MABM Kabupaten Ketapang, ia merasa sangat puas dengan pelayanan masyarakat Sambas. “Sangat mengesankan. Orang sambas sangat baik. Bahkan makan, minum, mandi, tidur, kami enak di Sambas,” pujinya.
Menurut Ibu Hamizar, ada hal yang sedikit mengecewakan. Mereka sedikit kecewa dengan penilaian juri di tari Jepin. Ada peserta yang kaki penarinya diangkat tinggi dan tangan yang juga diangkat tinggi, masih bisa juara padahal itu sangat fatal. Tapi, keputusan juri tidak dapat diganggu gugat. Mereka menerima dengan lapang dada. “Alhamdulillah kami sangat puas,” ungkap Hamizar.
“Dengan adanya festival ini, semoga kita dapat mengenalkan budaya Melayu di mata dunia. Mudah-mudahan di Kapuas Hulu nanti kita dapat kembali memberikan yang terbaik,” ungkap Agustiawan, peserta Lomba Pantun perwakilan MABM Kota Singkawang.
Menurut Agus, ada beberapa hal yang menjadi evaluasi untuk panitia. Keterlambatan dalam acara masih terjadi. Sehingga banyak mengulur waktu. Namun menurutnya, secara keseluruhan panita telah sukses menggelar FSBM.
Masyarakat tidak memperdulikan larangan yang dipasang pihak panitia yang dipasang di dahan kayu.
“Kami sangat puas dengan tempat yang telah disediakan panitia,” kata seorang peserta dari MABM Kab. Sintang yang tidak mau disebutkan namanya.
Menurut perwakilan MABM Kab. Sintang ini, mereka agak kesulitan karena tidak tersedianya WC terdekat untuk peserta stan. Ia juga mengesalkan beberapa pakaian panitia saat seminggu acara berlangsung. Ada beberapa panitia tidak mencerminkan pakaian orang Melayu.
Di tempat yang berbeda, beberapa masyarakat harus menyeberangi sebuah kayu yang hampir patah untuk menyebrang dari arah stan UKM menuju stan Budaya dan stan Istansi begitu juga sebaliknya. Dikarenakan jalan yang seharusnya menjadi jalan keluar masuk warga ditutup dengan tenda-tenda untuk para undangan.
“Banyak orang yang telah terjatuh. Kayu yang diseberangi pun hanya sebatang dan itupun sudah mau patah. Kasian orang yang nonton harus kotor-kotoran,” ungkap Asmoni, satu diantara masyarakat yang menonton.
Menurut Asmoni, banyak para penonton yang ingin menyebrang dari stan UKM menuju stan Budaya atau sebaliknya harus terjatuh ke dalam selokan. Banyak juga yang kotor pakaiannya.
“Kami tidak tahu menahu soal itu. Panitia tidak ada konfirmasi. Memang benar masyarakat lewat dari jembatan itu. Tapi, tidak sampai luka-luka kan karena terjatuh,” ungkap satu diantara petugas keamanan yang dekat dengan lokasi kejadian.
0 komentar:
Posting Komentar