SAMBAS – Para dai memiliki peran penting dari proses pembangunan negeri ini. Mereka adalah mitra pemerintah, terutama dalam meningkatkan kualitas SDM anak bangsa. Tidak jarang para dai itu menjadi tempat mengadu dan tumpuan harapan masyarakat, untuk menyelesaikan problem hidupnya, ketika jaringan birokrasi pemerintah tidak mampu menjangkau mereka. Bahkan pada wilayah-wilayah perbatasan, mereka menjadi salah satu kekuatan untuk turut menjaga keutuhan bangsa ini.
Demikian diungkapkan, ketua Dewan Dakwah Islam (DDI) Pusat KH Syuhada Bahri, dalam teleconference-nya dengan Bupati Sambas Juliarti Djuhardi Alwi, belum lama ini. Syuhada menyampaikan sebuah ungkapan yang sangat bagus, bahwa dai datang, desa terang; dai datang, desa rindang; dan dai datang, perbatasan aman. Sebuah ungkapan yang tidak hanya sekadar ungkapan, namun ini adalah pesan yang disampaikan Sang Ustaz. Menurutnya, konsep dakwah yang langsung menyentuh masyarakat bawah yaitu menjangkau mereka yang berada di pedalaman dan di daerah perbatasan.
Dalam arahannya Syuhada menyampaikan salah satu program penting dewan dakwah adalah membangun kemandirian dakwah. Itulah pesan yang disampaikannya kepada para calon dai di Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Kabupaten Sambas.
Syuhada juga menjelaskan bahwa revitalisasi organisasi, kaderisasi, dan kemandirian dakwah merupakan langkah strategis, untuk menjawab tanggapan dakwah masa kini. Kemudian, menurut dia, bagaimana penataan dan upaya melakukan langkah untuk lebih profesional, dalam membangun sistem gerakan organisasi.
Kemudian, kaderisasi seperti ini, menurut dia, dimaksudkan karena saat ini kurangnya dai dan ulama yang lurus akidahnya, serta benar dalam memberikan fatwa keislaman. Oleh karena itu, Dewan Dakwah dan seluruh ormas Islam diminta dia supaya konsen dalam masalah kederisasi dai dan calon ulama. Hal tersebut, dikatakan dia, telah dibuktikan di mana Dewan Dakwah telah membantu membidani munculnya beberapa ma'had 'aly di berbagai daerah dalam waktu yang singkat. “Dan program ini mendapatkan sambutan yang positif dari umat,” kata dia.
Sementara itu, Bupati Sambas Juliarti Djuhardi Alwi mengakui jika dakwah di daerah perbatasan merupakan kegiatan strategis dan mulia. Alasannya, dikatakan dia, kebanyakan daerah perbatasan, masih termasuk ke dalam golongan daerah miskin dan tertinggal. "Oleh karenanya upaya untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat di daerah perbatasan harus didukung oleh segenap pihak, tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi juga masyarakat perbatasan," tuturnya.
Bupati yang merasa mendapat kehormatan bisa berdialog bersama Ketua DDI pusat ini, mengharapkan format dakwah ke depan hendaknya disusun, dalam bentuk pemberdayaan sisi-sisi kehidupan penting, primer, dan utama masyarakat. Salah satu hal yang dimaksud dia adalah dakwah dalam bentuk pembedayaan ekonomi.
Pada bagian lain, Bupati menyatakan bahwa dakwah sebagai bagian yang terintegral dalam roda pembangunan, sehingga hendaknya tidak tertujukan kepada pembangunan fisik semata, akan tetapi juga diarahkan kepada pembangunan moral, mental, dan spiritual. Bupati juga menekankan pentingnya pengarahan umat untuk dapat hidup lebih mulia, peduli kepada kondisi umat, melawan kezaliman, menegakkan keadilan, serta turut aktif dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan.
Di tempat terpisah, ketua DDI Kabupaten Sambas, Burhanuddin A Rasyid, merasakan pentingnya perhatian terhadap kesejahteraan para dai yang bertugas di daerah perbatasan. "Kami juga turut memperhatikan kesejahteraan para dai. Hal ini penting, mengingat secara manusiawi, mereka juga mempunyai kebutuhan. Tentunya dengan tingkat kesejahteraan yang memadai, para dai dapat fokus melaksanakan tugas-tugas dakwah yang mereka emban,”ujar mantan Bupati Sambas dua periode ini.
Dalam kesempatan tersebut, Burhanuddin bertekad untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui dakwah. “Telah menjadi tekad kita untuk tidak membiarkan sejengkalpun tanah air ini terlepas ke negara lain,” tegasnya. (Har)
Sumber : PontianakPost
0 komentar:
Posting Komentar